Indahnya Toleransi di Desa Linggoasri Kabupaten Pekalongan


 Indahnya Toleransi di Desa Linggoasri Kabupaten Pekalongan (Ilustrasi)

MAGELANG RAYA - Toleransi merupakan perilaku saling menghargai antar setiap umat beragama. Begitu juga yang dilakukan oleh warga di Desa Linggoasri. Warga di desa ini meski berbeda agama tapi tetap menjaga toleransi secara turun-temurun.l 

Mereka tetap hidup rukun dan damai. Jumlah warga di Desa Linggoasri terdapat 128 rumah dengan 161 kepala keluarga dan total semua warganya adalah 507 orang. Terdapat 281 orang beragama Islam, 223 orang beragama Hindu, 2 orang beragama Budha, dan 1 orang beragama Katolik.

Warga antar umat beragama di desa Linggoasri selalu bergotong-royong dan bekerja sama dalam hidup bersosial. Warga senantiasa bekerja sama dari pembangunan desa, pembangunan tempat ibadah, hajatan warga, dan juga kebersihan lingkungan. 

Ketika ada acara warga yang beragama islam agama lain juga ikut berpartisipasi dalam acara tersebut seperti hari besar Islam, santunan anak yatim, Hari raya, dan Maulidurrosul. 

Dalam agama hindu setiap warga juga berpartisipasi dalam tradisi beragama seperti, rangkaian hari raya nyepi, tawur/nyembah bumi, diisi dengan kegiatan sosial, dan pawai ogoh-ogoh. Dapat disimpulkan bahwa peranan adat itu penting dalam membangun masyarakat yang damai.

Namun secara mayoritas, warga Linggoasri beragama Islam dan beragama Hindu. Di desa ini juga terdapat tempat

ibadah yang berdekatan, mulai dari masjid/ mushola dan pura. Di desa ini juga terdapat 1 pendidikan formal yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan terdapat tempat pendidikan nonformal yaitu Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) dan Madrasah Diniyah (MADIN).

Kerukunan umat beragama di desa Linggo Asri sudah turun temurun, tumbuh dan tertanam dari hati sanubari

masyarakat Linggoasri. "Kerukunan di sini bukan karena pembinaan, tapi turun temurun sejak dulu. Sudah tertanam dari hati sanubari. Prinsipnya kami diciptakan dari tuhan yang sama dan akan kembali ke tuhan yang sama. Untuk masalah ajaran keyakinan itu masing-masing," Kepala desa Linggo Asri” Ujar Bapak Taswono (29/09/2023 12:12 WIB)

Bapak Taswono mengatakan, bentuk kerukunan yang terjalin di desa Linggoasri dalam berbagai aspek, terutama dalam hal kemanusiaan. Misalnya, ketika ada warga yang meninggal namun dari beda keyakinan, semuanya ikut mengantar dan berduka cita.  

“Misalnya ada saudara kita yang muslim meninggal dunia, kita ikut membantu seperti mengantarkan dan menggali kubur. Kemudian mendoakan menurut agama masing-masing. Prinsip kami tidak membeda-bedakan yang sama, tapi tidak menyatukan yang beda,” Jelasnya.

"Semboyan Bhinneka Tunggal Ika” harus kita implementasikan dalam hidup bernegara dan berbangsa. Seharusnya bisa menjalin kerukunan antar umat beragama, gotong royong harus tetap berjalan dan tetap rukun di desa ini. Ujar Bapak Taswono (29/09/2023 12:12 WIB).

“Toleransi di desa ini sangat tinggi, mereka paham toleransi itu tidak memaksakan kehendak orang lain, tidak saling mempengaruhi dan menjatuhkan, kerukunan harus selalu kita jaga, karena setiap agama memiliki masing2 cara tersendiri yang perlu kita ketahui bersama. Inilah yang luar biasa karena sulit untuk membangun toleransi sesama umat beragama.” Ujarnya.

Penulis: Durotul Mufidah
*Mahasiswa UIN K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan

Ikuti berita terbaru di Google News

Redaksi Magelangraya.id menerima naskah opini dan rilis berita (citizen report).
Silahkan kirim ke email: beritamagelangraya@gmail.com atau Whatsapp +62856-9345-6027