MAGELANGRAYA.ID - Indahnya Keberagaman di Desa Karangsari, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan, memiliki keberagaman agama yang cukup signifikan.
Meskipun mayoritas penduduknya adalah umat Islam, desa ini menjadi contoh yang baik tentang bagaimana moderasi beragama dapat mengakar dalam masyarakat yang beragam.
Hasil wawancara dengan beberapa warga desa, termasuk dua orang Katolik (Bu Ayu dan Pak Heri) dan satu orang Kristen (Bu Andre), memberikan gambaran tentang kerukunan antaragama yang erat di desa ini.
Dalam percakapan dengan warga, yang juga merupakan seorang Katolik, terungkap bahwa perbedaan antara Katolik dan Kristen di desa ini tidak pernah menjadi hambatan dalam hubungan sosial.
Meskipun ada variasi dalam aliran-agama Kristen, seperti Protestan, Kristen Jawa, dan Kristen Imanuel, semangat untuk mencapai keselamatan melalui Tuhan Yesus tetap sama. Ini adalah bukti bahwa perbedaan doktrin tidak selalu menghambat kerukunan.
Bu Ayu, sebagai salah satu RT di desa tersebut, telah aktif dalam upaya mempromosikan toleransi antar agama di desa ini. Dia berusaha merangkul warga yang beragama selain Islam untuk mendukung atau memberikan toleransi kepada warga Muslim dalam berbagai aktivitas sosial.
Salah satu contohnya adalah saat acara qurban, di mana Bu Ayu mengumpulkan warga non-Muslim untuk ikut membantu warga Muslim dengan menyediakan bantuan seperti air minum (aqua) dan lain-lain.
Hal ini merupakan langkah positif dalam membangun hubungan saling menghormati dan membantu satu sama lain dalam perayaan keagamaan.
Selain itu, menurut Bu Andre gereja di desa ini juga aktif dalam mengundang lingkungan sekitar dan semua warga, termasuk yang tidak beragama Islam, untuk berpartisipasi dalam berbagai acara keagamaan, seperti malam suro dan malam tirakatan 17 Agustus.
Malam suro adalah acara yang mencakup sembahyang, doa-doa, dan penghormatan terhadap budaya Jawa, yang masih sangat kental di desa ini.
Hal Ini menunjukkan bahwa masyarakat di desa Karangsari tidak hanya beragama secara toleran tetapi juga menghormati dan memahami budaya dan tradisi satu sama lain.
Di gereja juga, saat bulan puasa, mereka memberikan takjil kepada warga, termasuk mereka yang bukan beragama Islam, sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian. Selain itu, mereka juga berpartisipasi dalam kegiatan berbagi lainnya selama bulan Ramadan, tanpa memandang agama mereka.
Desa Karangsari di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan, merupakan contoh nyata tentang bagaimana moderasi beragama dan toleransi dapat tumbuh subur dalam masyarakat yang beragam agama.
Perbedaan agama tidak menjadi penghalang untuk saling mendukung, menghormati, dan berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan.
Semangat ini seharusnya menjadi inspirasi bagi masyarakat lain untuk menjadikan kerukunan antaragama sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari mereka.
Penulis: Nelsa Reykhana
*Mahasiswa Unniversitas Islam Negeri KH Abdurrahman Wahid Pekalongan