Annisa Hanifa: Moderasi Beragama Berbasis Budaya

Moderasi Beragama Berbasis Budaya (Ilustrasi) / Pixabay

MAGELANG RAYA
- Desa Linggoasri yang terletak di Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan. Desa yang terlihat sangat indah dan nyaman, begitu pula di lihat dari kerukunan warga setempat yang sangat dan damai mereka juga saling menghargai perbedaan agama dan budaya.

Moderasi beragama memastikan kita untuk bisa membuka ruang saling menghargai perbedaan dengan orang lain. Ini menjadi persoalan penting yang harus di pahami bersama, sebab masih banyak yang belum memahami moderasi beragama. 

Perlu diketahui, yang di moderatkan bukan agamanya, melainkan cara beragama dan memahami agama itu sendiri. Meskipun memiliki keragaman agama, masyarakat Linggoasri jarang berkonflik yang disebabkan oleh perbedaan agama.

Baca Juga: Tradisi Suronan di Desa Gombong untuk Menolak Bala Bayi yang Lahir di Bulan Syuro

Berdasarkan sensus dan wawancara yang di dapatkan desa Linggoasri mempunyai prularitas agama yang unik seperti Budha, hindu, Islam, Adapun Pura untuk sembahyang masyarakat yang beragama Hindu Budha. Setiap perayaan hari besar agama, semua masyarakat dilibatkan tanpa membedakan agamanya.

Masyarakat Linggoasri terjadi perkawinan beda agama. Terdapat beberapa keluarga yang anggota keluarganya memeluk agama yang berbeda. 

Namun, perbedaan agama tidak menghalangi komunikasi dan interaksi dalam keluarga maupun masyarakat. Agama termasuk dalam domain privat, menyebabkan masalah perbedaan agama tidak perlu di perdebatkan dalam kehidupan masyarakat. 

Agama dalam pandangan mereka adalah masalah keyakinan sehingga diserahkan kepada yang menjalani.

Di desa tersebut memiki keragaman budaya yaitu memasang janur kuning di atas pintu rumah sebagai tolak balak merupakan tradisi warga setempat. 

Toleransi beragama dalam masyarakat yang multi religious di pengaruhi oleh pemahaman mereka terhadap ajaran agama dan juga faktor sosial budaya yang melingkupinya.

Budaya memiliki peran penting dalam pembangunan toleransi agama. Bagaimana budaya suatu masyarakat dapat berkontribusi terhadap pembentukan sikap moderasi beragama.

Bagaimana Upaya para pemeluk agama dalam mendialogkan pemahaman, penerima, dan penumbuhan toleransi dalam masyarakat yang multi religious yang unik dilakukan.

Dengan menempatkan agama sebagai urusan individu yang harus dihormati, agama dan budaya terintegrasi dan membentuk identitas sosial. 

Tradisi dan ritual agama dijadikan sebagai media komunikasi sosial. Perayaan hari besar agama menjadi momen untuk menjaga dan meningkatkan hubungan baik di masyarakat .

Penulis: Annisa Hanifa
*Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan

Ikuti berita terbaru di Google News

Redaksi Magelangraya.id menerima naskah opini dan rilis berita (citizen report).
Silahkan kirim ke email: beritamagelangraya@gmail.com atau Whatsapp +62856-9345-6027